Jumat, 21 Juni 2013

Fakta-Fakta Manfaat Tanaman Ganja Dalam Ilmu Medis






Ganja sebagai tanaman yang paling terkenal sepanjang sejarah manusia, tidak bisa dipungkiri telah mengalami berbagai bentuk pemberitaan yang tidak obyektif dan cenderung negatif. Dari sudut pandang kesehatan manusia, tanaman Ganja (Cannabis sativa) adalah tanaman yang telah memiliki sejarah panjang dalam literatur-literatur medis purba dari berbagai kebudayaan dunia.

1. Kitab “Pen T’sao Ching” adalah kitab pengobatan herbal yang pertama di dunia. Dikumpulkan dari catatan-catatan Kaisar Shen Nung pada tahun 2900-2700-an S.M. (Sebelum Masehi), kitab ini menyebutkan bahwa Ganja memiliki khasiat menghilangkan sakit datang bulan, malaria, rematik, gangguan kehamilan, gangguan pencernaan, dan penyakit lupa.

2. Tablet (potongan-potongan batu) yang ditemukan di reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal di Kouyunjik adalah kumpulan peninggalan ilmu pengetahuan dari peradaban di daerah subur Mesopotamia. Raja Ashurbanipal yang memerintah di kota Niniveh antara tahun 668 hingga 626 S.M. adalah simbol bagi kemajuan ilmu pengetahuan peradaban di Mesopotamia. Keping-keping batu yang dipahat dengan huruf paku (cuneiform) ini menyebutkan bahwa tanaman ganja memiliki manfaat sebagai : insektisida, perangsang seksual, menyembuhkan impotensi, neuralgia (penghilang rasa sakit saraf), tonik (penyegar), menyembuhkan penyakit ginjal, penyumbatan paru-paru, kejang, depresi, kecemasan, epilepsi, luka, dan memar pada kulit hingga menghilangkan sakit menstruasi.



3. Berbagai kitab pengobatan dari India juga menyebutkan mengenai beragam khasiat ganja dalam penyembuhan berbagai penyakit. Kitab Susruta Samhita (yang ditulis sekitar 800-300 S.M.) menyebutkan ganja berkhasiat dalam pengobatan radang pernafasan, diare, produksi cairan yang berlebih, serta demam. Sementara kitab seperti Rajanirghanta yang ditulis oleh Nahari Pandita pada tahun 300 masehi menyebutkan khasiat ganja untuk merangsang nafsu makan, memperbaiki ingatan, dan menghilangkan gas dalam sistem pencernaan.

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetik atau semi sintetik dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia (rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan metamfetamin). Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.

Dalam penelitian ilmiah dengan metode systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethylperazine, haloperidol, domperidone, atau alizapride, tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension.

Negeri Yunani sebagai salah satu lokasi asal penyebaran tonggak kemajuan peradaban manusia melahirkan juga kumpulan pengetahuan medisnya. Kitab “Materia Medica” yang ditulis oleh Dioscorides (1 S.M.) pada masa setelah Romawi menguasai Yunani menjadi buku rujukan bagi ilmuwan dari banyak bangsa selama 1500 tahun. Dalam “Materia Medica”, Dioscorides mencatat ganja sebagai tanaman yang serat batangnya bagus dan kuat untuk dibuat tali, sementara bijinya bermanfaat untuk mengobati sakit telinga dan hilangnya gairah seksual (Dioscorides 1968 – 3.165 – p.390). Dalam “de facultatibus alimentorum”, Claudius Galen atau yang lebih terkenal dengan Galen (128-201 Masehi) mencatat kalau masyarakat Yunani saat itu memakan kue dengan bahan ganja yang dinamai cum aliis tragematis & quot untuk kegembiraan dalam perjamuan.
Sementara sebagai obat, Galen mencatat kalau ganja dipakai untuk menghilangkan rasa sakit dan menghilangkan gas dari saluran pencernaan. Pemikir Yunani lain yang bernama Gaius Plinius Secundus atau “Pliny si Tua” (23-79 M) mencatat kegunaan ganja dalam “Naturalis Historia” sebagai jus untuk mengeluarkan cacing dan binatang2 kecil yang masuk ke telinga, menghilangkan sakit perut, menyembuhkan persendian yang kaku, rematik dan penyakit kulit.
Kumpulan pengetahuan medis dari bangsa Yunani ini kemudian diteruskan perkembangannya oleh bangsa Arab. Bangsa Arab merupakan bangsa yang memiliki kumpulan pengetahuan medis tentang ganja dengan jumlah paling banyak dibandingkan bangsa-bangsa yang lain sebelum abad ke-20. Catatan pertama manfaat medis ganja dalam literatur Arab muncul dari tulisan dokter bernama Ibn-Masawayh (857 M) yang menyebutkan kegunaannya sebagai obat sakit telinga. Pada abad ke-10, bapak kedokteran Arab, Ibnu Sinna atau yang lebih terkenal di dunia dengan Avicenna juga mencatat manfaat ganja untuk mengeluarkan gas dari perut.

Epilepsi merupakan penyakit yang tercatat oleh bangsa Arab sebagai penyakit yang dapat disembuhkan dengan ganja. Ibn al-Badri pada abad ke-15 menyebutkan kalau ganja bisa menyembuhkan serangan epilepsi dalam seketika (Lozano, 1989).

Pada awal abad ke-13 muncul larangan pertama di dunia Arab berdasarkan ajaran agama Islam mengenai pemakaian ganja, tepatnya pada masa kekuasaan raja al-Zahir baybars (Hamarneh, 1957). Tetapi seorang dokter kerajaan yang bernama Yusuf ibn Rasul masih bersikeras menggunakannya dalam praktek pengobatan untuk menyembuhkan sakit kepala (Lewis et al. 1971).

Catatan kegunaan medis menarik tentang ganja yang baru muncul dari bangsa Arab adalah khasiatnya menyembuhkan tumor. Ibn Buklari pada abad ke-11 menyebutkan kalau jus dari daun ganja bisa menyembuhkan ‘abses’ di kepala, Ibn-al-Baytar seabad kemudian menyebutkan khasiat minyak dari biji ganja untuk menghilangkan tumor yang sudah mengeras (al-awram al-siya). Catatan lain datang dari Muhammad Riza Shirwani pada abad ke-17 yang memakai biji ganja untuk pengobatan tumor pada rahim (Mu’min, 1669).
Pemakaian ganja sebagai pengobatan menyebar ke Eropa dan bahkan ke Amerika Selatan dari negeri Arab. Bangsa Arab adalah yang memperkenalkan benua Eropa pertama kali dengan salah satu penemuan terpenting umat manusia, yaitu kertas (kebetulan bahan bakunya adalah serat batang ganja). Bangsa Arab juga menjadi perantara penyebaran ilmu-ilmu kuno dari zaman keemasan Yunani dan Romawi, salah satunya adalah ilmu medis atau pengobatan. Dalam hal ini bangsa Arab memiliki kumpulan pengetahuan khasiat pengobatan tanaman ganja yang terbanyak di seluruh dunia sebelum abad ke-20. Berikut ini adalah daftar beberapa ahli pengobatan yang tercatat dalam literatur pernah menyebutkan mengenai khasiat obat dari ganja :

Ibn Masawayh (857 M) & Ishaq b. Sulayman (abad ke-10) – Minyak biji ganja untuk menyembuhkan sakit di telinga.
Ibn al-Baytar (1291) – Minyak biji ganja untuk menyembuhkan gas (‘rih’) pada telinga.
Al-Antaki (abad ke-16) – minyak biji ganja dapat membunuh cacing dalam telinga & mengeluarkan benda-benda asing dan kotoran.
Al-Dima (abad ke-9) – Ganja untuk obat cacing perut.
Al-Firuzabadi (abad ke-14 – 15) – Obat cacing kremi / habb al-qar’.
Sabur ibn Sahl (abad ke-9) – Menghilangkan rasa sakit kronis, sakit kepala, migrain, mencegah keguguran, gagal melahirkan, mengurangi sakit pada rahim, & menjaga bayi tetap pada abdomen ibunya (kitab “Al-Aqrabadhin Al-Saghir”).
Ibn Wafid al-Lajmi (abad ke-11) – Biji ganja untuk menambah produksi air susu ibu & menyembuhkan sakit amenorrhea.
Avicenna/Ibnu Sinna (abad ke-10) – daun dan biji ganja u/ mengobati & mengeluarkan gas dari perut.
Al-Biruni (abad ke-12) – Menyembuhkan rasa sakit kronis
Al-Masi (1877) – Daun ganja untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus & lambung.
Al-Mayusi (1877) – Daun ganja untuk menghilangkan dahak dari perut.
Ibn Habal (1362) – Biji ganja untuk mengeluarkan cairan empedu dan dahak.
Ibn al-Baytar (1291) – Ganja untuk melancarkan buang air kecil.
Ishaq b. Sulayman (1986) – Ganja bisa menghangatkan badan.
Jabir ibn Hayyan (abad ke-8) – Ganja memiliki sifat psikoaktif (kitab al-Sumum).
Umar Ibn Yusuf ibn Rasul (abad ke-13) – Ganja sebagai obat sakit kepala.
Ibn al-Baytar (1291 AH) – Minyak biji ganja untuk mengurangi sakit syaraf.
Al-Qazwini (1849) – Jus ganja untuk mengurangi rasa sakit pada peradangan bola mata.
Tibbnama (1712) – Tumbukan batang dan daun ganja untuk mengobati wasir.
Al-Masi (abad ke-10) – Ganja untuk pengobatan epilepsi.
Al-Badri (1464) – Ganja untuk mengobati epilepsi.
Abu Mansur ibn Muwaffak (abad ke-10) – Ganja untuk mengobati sakit kepala (Kitab al-abniya ‘an haqa’iq al-adwiya).
Avicenna (1294) – Jus dari daun ganja untuk obat panu di kulit.
Al-Razi – Jus daun ganja untuk merangsang pertumbuhan rambut.
Ibn Buklari (abad ke-11) – Jus daun ganja untuk menyembuhkan abses (tumor) di kepala.
Muhammad Riza Shirwani (abad ke-17) – Minyak biji ganja untuk mengobati tumor pada rahim.


Berbagai catatan dari ahli-ahli pengobatan Arab ini masih mencengangkan dunia medis modern. Mengherankan karena banyak di antara khasiat ganja yang disebutkan di atas bahkan belum dikonfirmasi atau dibuktikan oleh ilmu pengetahuan medis saat ini, namun sudah dibuktikan dan dipercaya kemanjurannya oleh ilmuwan-ilmuwan dari Arab.


Pada bulan November 1996 masyarakat California menyetujui proposisi 215, sebuah inisiatif yang dapat, membuat mariyuana tersedia secara legal sebagai obat di Amerika Serikat untuk pertama kali setelah bertahun-tahun. Dibawah undang-undang yang baru, pasien atau perawat utama mereka yang memiliki atau menanam ganja untuk perawatan medis yang telah direkomendasikan oleh seorang dokter akan dibebaskan dari segala tuntutan kriminal. Pengobatannya dapat diperuntukkan bagi “Kanker, anorexia, AIDS, rasa sakit kronis, kejang-kejang, galukoma, arthritis, migrain, atau apapun penyakit lainnya yang dapat disembuhkan oleh mariyuana.” Dokter tidak boleh dihukum dalam cara apapun karena membuat rekomendasi, yang dapat ditulis maupun secara lisan. Disahkannya hukum seperti ini hanyalah permulaan dari sebuah trend yang akan menghadirkan tantangan baru bagi dokter, yang akan diminta untuk mengambil tanggung jawab awal dimana banyak dari kita yang belum siap. Semakin banyak pasien yang mendekati mereka dengan pertanyaan mengenai mariyuana, mereka harus memberikan jawaban dan membuat rekomendasi. Itu berarti bahwa mereka tidak hanya harus mendengarkan dengan lebih cermat pasien-pasien mereka namun juga mendidik mereka sendiri dan yang lain. Mereka harus mempelajari gejala dan gangguan mana yang bisa diobati dengan lebih baik dengan ganja daripada pengobatan yang konvensional, dan mereka mungkin perlu untuk menjelaskan bagaimana menggunakan mariyuana.





Ganja sangatlah aman, praktis, dan obat-obatan yang potensinya sangat murah. Ketika kami mengulas kegunaan medisnya pada tahun 1993 setelah memeriksa banyak pasien dan sejarah kasus, kami dapat menyebutkan daftar sebagai berikut : mual dan muntah-muntah dalam kemoterapi kanker, sindroma hilangnya berat badan pada AIDS, glaukoma, epilepsi, kejang otot dan rasa sakit kronis pada multiple sclerosis, quadriplegia dan gangguan kejang lainnya, migrain, prurits parah, depresi, dan gangguan mood lainnya. Sejak itu kami telah mengidentifikasi lebih dari selusin lainnya termasuk asma, insomnia, dystonia, scleroderma, penyakit Crohn’s, diabetic gastroparesis, dan penyakit terminal. Daftar ini pun masih panjang.


Sebagai contoh, ganja juga ditemukan bermanfaat dalam pengobatan dari ostoarthritis. Aspirin dipercaya telah menyebabkan lebih dari 100 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Lebih dari 7,600 kematian setiap tahun dan 70,000 perawatan rumah sakit yang disebabkan oleh non-steroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) telah dilaporkan. Komplikasi gastrointestinal dari NSAIDs adalah efek samping serius yang paling sering dilaporkan. Penggunaan acetaminophen jangka panjang dianggap sebagai salah satu penyebab paling umum dari penyakit ginjal tahap akhir. Ganja yang dihisap beberapa kali sehari sering lebih efektif dari NSAIDs atau acetaminophen dalam osteoarthritis, dan belum pernah ada laporan kematian akibat ganja.


Sering diperdebatkan bahwa bukti dari kegunaan medis marijuana, walaupun kuat, hanyalah cerita belaka (anecdotal). Adalah benar bahwa tidak ada studi yang memenuhi standard dari Food and Drug Administration, terutama karena hambatan legal, birokratik dan finansial terus-menerus diberikan. Situasinya adalah ironi, karena begitu banyak penelitian telah dilakukan terhadap marijuana, sering dalam usaha yang tidak sukses untuk menunjukkan bahaya kesehatan dan potensi adiktif, yang kita tahu lebih banyak tentangnya daripada mengenai obat-obatan resep. Dalam kasus apapun, penelitian yang terkontrol dapat menyesatkan jika yang diteliti adalah pasien yang salah atau dosis yang keliru digunakan, serta respon pengobatan yang umum (dianggap biasa oleh pasien) dapat dikaburkan dalam eksperimen grup.


Bukti-bukti anekdotal adalah sumber dari kebanyakan pengetahuan kita mengenai obat-obatan. Seperti yang ditunjukkan oleh Louis Lasagna, eksperimen terkontrol tidak dibutuhkan untuk mengenali potensi terapeutik daro chloral hydrate, barbiturate, aspirin, insulin atau penisilin. Bukti-bukti anekdotal juga menunjukkan kegunaan dari propanolol dan chlorothiazide untuk hipertensi, diazepam untuk status epilepticus, dan imipramine untuk enuresis. Semua obat-obatan ini pada mulanya telah disetujui untuk kegunaan yang lain.


Beberapa dokter dapat menganggap ini sebagai tidak bertanggung jawab untuk didukung, lebih-lebih mengadvokasi penggunaan ganja berdasarkan dari bukti-bukti anekdotal (kesaksian pribadi), yang terlihat menghitung keberhasilan dan tidak menghiraukan kegagalan. Hal itu akan menjadi masalah serius hanya jika ganja merupakan obat yang berbahaya. Tahun-tahun dari usaha untuk membuktikan bahwa mariyuana berbahaya secara berlebihan telah membuktikan sebaliknya. Ia lebih aman, dengan lebih sedikit efek samping serius, daripada kebanyakan obat-obatan resep, dan jauh lebih tidak adiktif atau dapat disalahgunakan daripada banyak obat yang sekarang digunakan sebagai pelemas otot, hypnotic dan analgesic.


Karena itu dapat diperdebatkan bahwa jika hanya sedikit pasien yang bisa mendapatkan penyembuhan dari ganja, maka ganja harus dibuat tersedia karena resiko akan sangat kecil. Sebagai contoh, banyak pasien dengan multiple sclerosis menemukan bahwa ganja mengurangi kejang otot mereka dan rasa sakitnya. Seorang dokter mungkin tidak yakin bahwa pasien tertentu akan mendapatkan penyembuhan yang lebih baik dari ganja daripada obat seperti baclofen, dantrolene, dan dosis tinggi diazepam yang telah dikonsumsi si pasien, namun satu hal yang pasti adalah bahwa reaksi racun dari mariyuana sangatlah tidak mungkin, karena itu pertimbangan rasio antara resiko dan manfaat membuatnya sangat patut dicoba. Bagaimanapun, sebuah bentuk preparasi dan intruksi mungkin diperlukan, baik untuk mecapai tujuan pengobatan dan untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan. Efek psikoaktif, sebagai contohnya, harus dijelaskan kepada pasien yang awam terhadap mariyuana, yang mungkin akan mengalami kecemasan pada penggunaan awal.





Pertimbangan legitimasi yang utama adalah efek dari merokok pada paru-paru. Banyak dokter menemukan sulit untuk menyarankan obat yang dirokok. Walau asap ganja mengandung lebih banyak tar dan materi partikulat daripada asap tembakau, jumlah yang diperlukan oleh kebanyakan pasien sangatlah terbatas. Lebih lanjut, ketika mariyuana adalah obat yang dikenal secara terbuka, solusi bagi permasalahan ini mungkin bisa ditemukan, mungkin dengan pengembangan dari teknik untuk menghirup uap ganja. Bahkan sekarang, bahaya paling besar dari menggunakan ganja untuk keperluan medis bukanlah ketidakmurnian dalam asapnya namun ilegalitasnya, yang telah menempatkan kecemasan dan pengorbanan besar pada orang-orang yang menderita.


Sebuah versi sintetis dari delta-9-tetrahydrocannabinol, zat aktif utama pada ganja, telah tersedia dalam bentuk oral untuk keperluan terbatas sebagai obat yang termasuk daftar “Schedule II” sejak tahun 1985. Obat ini, dronabinol (Marinol), secara umum dianggap sebagai kurang efektif daripada mariyuana yang dirokok. Pasien yang mengalami mual-mual parah dan terus-menerus muntah, sebagai contoh, dapat menemukannya sebagai hampir tidak mungkin untuk menyimpan pil atau kapsul. THC oral secara acak dan lambat diserap ke dalam pembuluh darah; dosis dan durasi dari efek mariyuana yang dihisap adalah lebih mudah untuk dititrasi. Lebih lanjut, THC oral seringkali membuat banyak pasien menjadi cemas dan tidak nyaman, kemungkinan karena cannabidiol, satu dari banyak zat pada mariyuana, memiliki efek anxiolytic.


Selain tanggung jawab langsung terhadap pasien individual yang berhubungan dengan mariyuana medis, dokter juga mempunyai kewajiban yang bersifat sosial dan terutama politis. Jerome P. Kassirer telah mengidentifikasinya dalam editorial New England Journal terbaru yang berjudul “Federal Foolishness and Mariyuana.” Ia mendeskripsikan kebijakan pemerintah pada mariyuana medis sebagai “munafik” dan memprediksi bahwa dokter yang “memiliki keberanian untuk menentang pelarangan mariyuana bagi orang sakit” pada akhirnya akan memaksa pemerintah untuk mencapai sebuah bentuk akomodasi. Tugas penting tersebut akhirnya akan jatuh pada generasi dokter yang lebih muda, termasuk mahasiswa kedokteran saat ini dan di masa depan.


Istilah mariyuana medis (medical mariyuana) mendapat pengertian baru yang dramatis pada Februari tahun 2000, ketika para peneliti di Madrid mengumumkan bahwa mereka telah menghancurkan tumor otak yang tidak bisa disembuhkan pada tikus dengan menyuntik mereka dengan THC, zat aktif pada ganja.


Studi di Madrid menandai kesempatan kedua dimana THC telah diberikan kepada hewan yang mengidap tumor; yang pertama adalah penyelidikan Virginia 26 tahun yang lalu. Pada kedua studi, THC menyusutkan atau menghancurkan tumor pada sebagian besar subyek tes.


Kebanyakan masyarakat Amerika tidak mengetahui apa-apa mengenai penemuan Madrid. Hampir tidak ada Koran Amerika Serikat yang memuat ceritanya (tidak heran, karena mereka berusaha menutup-nutupinya -pen.), yang hanya diterbitkan sekali di jaringan berita AP dan UPI, pada tanggal 29 februari 2000.


Bagian yang mengerikan adalah ini bukanlah pertama kalinya ilmuwan telah menemukan bahwa THC bisa menyusutkan tumor. Pada tahun 1974 peneliti di Medical College of Virginia, yang telah didanai oleh National Institute of Health untuk menemukan bukti bahwa mariyuana merusak sistem kekebalan tubuh, malah menemukan bahwa THC menghambat pertumbuhan tiga jenis kanker pada tikus – kanker paru-paru dan payudara serta kanker darah (leukimia) yang disebabkan oleh virus.


DEA dengan cepat menutup studi Virginia dan seluruh penelitian lebih lanjut mengenai ganja dan tumor, menurut Jack Herer, yang melaporkan pada peristiwa di bukunya, “The Emperor Wears No Clothes,” Pada tahun 1976 Presiden Gerald Ford menghentikan seluruh penelitian publik terkait dengan ganja dan memberikan hak penelitian eksklusif kepada perusahaan-perusahaan farmasi, yang merencanakan – namun gagal – untuk mengembangkan bentuk sintetis dari THC yang dapat memberikan semua manfaat medis tanpa efek “tinggi.”


Peneliti Madrid melaporkan pada terbitan Maret dari “Nature Medicine” bahwa mereka menginjeksi otak dari 45 tikus-tikus dengan sel kanker, menghasilkan tumor yang keberadaannya dikonfirmasi oleh MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pada hari ke-12 mereka menginjeksi 15 ekor tikus dengan THC dan 15 ekor dengan Win-55,212-2 sebuah senyawa sintetis yang mirip dengan THC. “Semua tikus yang tidak diberi pengobatan mati dalam waktu 12-18 hari setelah inokulasi sel glioma (kanker otak) … Tikus yang diberikan cannabinoid (THC) bertahan hidup jauh lebih lama daripada tikus yang menjadi pembanding (kontrol). Pemberian THC tidaklah efektif pada tiga ekor tikus, yang mati pada hari 16-18. Sembilan dari tikus yang diobati dengan THC hidup sampai melewati masa kematian dari tikus yang tidak diberikan apa-apa, dan bertahan hidup hingga 19-35 hari. Selebihnya, tumor sepenuhnya menghilang pada ketiga tikus yang diberi THC.” Tikus-tikus yang diobati dengan Win-55,212-2 menunjukkan hasil yang sama.


Peneliti Spanyol, dipimpin oleh Dr. Manuel Guzman dari University of Complutense, juga mencoba mengaliri otak tikus yang sehat dengan dosis besar THC selama tujuh hari, untuk menguji efek biokimia yang berbahaya atau efek neurologis. Mereka juga tidak menemukan apa-apa.


“Analisis MRI yang hati-hati dari seluruh tikus yang bebas dari tumor menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kerusakan yang berkaitan dengan necrosis, edema, infeksi atau trauma … Kami juga meneliti potensi lain dari efek pemberian cannabinoid. Pada kedua tikus, baik yang bebas dari tumor maupun yang mengidap tumor, pemberian cannabinoid tidak menyebabkan perubahan yang substansial sama sekali pada ukuran perilaku seperti koordinasi motor dan aktifitas fisik. Konsumsi makanan dan air, juga pertambahan berat badan tidak ditemukan selama dan setelah pemberian cannabinoid. Begitu juga, profil hematologikal umum dari tikus-tikus yang diobati dengan cannabinoid yang tampak normal. Kemudian, baik ukuran biokima maupun penanda akan kerusakan jaringan tidak menampakkan perubahan substansial selama pemberian 7 hari atau setidaknya selama 2 bulan setelah pengobatan dengan cannabinoid berakhir.


Penelitian Guzman adalah penelitian satu-satunya sejak studi Virginia 1974 ketika THC diberikan kepada hewan yang mengidap tumor. Ilmuwan Spanyol telah mengutip studi tahun 1998 dimana cannabinoid telah menghambat penyebaran sel kanker payudara, namun penelitian tersebut adalah penelitian dengan cawan Petri dan tidak melibatkan subyek yang hidup.)


Dalam wawancara dengan email untuk cerita ini, ilmuwan dari Madrid mengatakan bahwa ia telah mendengar mengenai studi Virginia, namun tidak pernah berhasil menemukan literatur mengenainya. Bagaimanapun, artikel dalam Nature Medicine menyebutkan bahwa studi yang baru sebagai studi yang pertama dilakukan pada hewan pengidap tumor dan tidak mengutip penelitian Virgina tahun 1974.


“Saya mengetahui keberadaan penelitian tersebut. Sebenarnya saya telah berusaha mencoba beberapa kali untuk mendapatkan artikel jurnal dari penelitian yang asli oleh orang-orang ini, namun terbukti tidak mungkin.” Ujar Guzman.


Pada tahun 1983 pemerintahan Reagan/Bush mencoba untuk membujuk universitas-universitas Amerika dan para peneliti untuk menghancurkan seluruh hasil penelitian ganja dari 1966-1967, termasuk compendium dalam perpustakaan, lapor Jack Herer, yang menyebutkan, “Kami mengetahui bahwa sejumlah besar informasi sejak itu telah menghilang.”





Guzman memberikan judul dari karyanya – “Antineoplastic Activity of Cannabinoids,” sebuah artikel pada jurnal dari National Cancer Institute tahun 1975 – dan penulis ini mendapatkan salinan dari fakultas kedokteran University of California di Davis dan mem-fax-nya ke Madrid.


Ringkasan dari studi Virginia dimulai, “Pertumbuhan adenocarcinoma paru-paru Lewis telah dihambat dengan pemberian secara oral dari tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabinol (CBN)” – dua jenis dari cannabinoid, sebuah keluarga dari komponen aktif di mariyuana. “Tikus yang diobati selama 20 hari berturut-turut dengan THC dan CBN telah berkurang ukuran tumor utamanya.


Pada artikel jurnal tahun 1975 tidak menyebutkan mengenai kanker tumor payudara, yang hanya dimuat sebagai cerita koran satu-satunya yang pernah muncul mengenai studi 1974 – pada bagian local dari Washington Post pada 18 Agustus, 1974. Dibawah judul, “Penghambat Kanker Tengah Dipelajari,” berikut sebagian dari isinya:


“Agen kimia aktif pada mariyuana yang menghambat pertumbuhan dari tiga jenis kanker pada tikus dan juga mungkin menghambat reaksi kekebalan yang menyebabkan penolakan transplantasi organ, telah ditemukan oleh fakultas kedokteran dari Tim Virginia.” Ilmuwan, “menemukan bahwa THC memperlambat pertumbuhan dari kanker paru-paru, kanker payudara dan leukemia yang dipicu oleh virus pada tikus laboratorium, serta memperpanjang hidup mereka sebanyak 36 persen.”


Guzman, menulis dari Madrid, dengan fasih dalam responnya setelah penulis ini mengirimkan fax dari kliping Washington Post kepadanya seperempat abad yang lalu. Dalam terjemahan, dia menulis :


“Ini sangat menarik bagi saya, harapan bahwa proyek ini terlihat sedang bangkit pada saat ini, dan perkembangan menyedihkan dari peristiwa-peristiwa selama tahun-tahun setelah penemuan ini, hingga saat ini kita menutup kembali tabir akan kekuatan anti-tumor dari THC, dua puluh lima tahun kemudian. Sayangnya, dunia terpantul-pantul antara momen harapan dan periode panjang dari pengebirian intelektual.”





Liputan-liputan berita dari penemuan Madrid hampir-hampir tidak ditemukan di negara ini. Berita ini diterbitkan diam-diam pada 29 Februari tahun 2000 dengan cerita yang pernah dimuat sekali pada kawat UPI tentang artikel Nature Medicine. Penulis ini menemukannya pada link yang muncul sebentar pada halaman situs Drudge Report. New York Times, Washington Post dan Los Angeles Times semuanya menghiraukan saja cerita ini, walaupun pentingnya berita ini tidak dapat dipungkiri : sebuah zat tidak berbahaya yang terdapat di alam dan dapat menghancurkan tumor otak yang mematikan.


Bila profesor Cheech dan Chong menerima bantuan universitas untuk mengajarkan sejarah pengobatan dari subyek favorit mereka, tebal dari paket kurikulumnya akan mengejutkan. Sejak 2737 SM (sebelum masehi), kaisar yang mistis, Shen Nung dari Cina sudah meresepkan teh ganja untuk mengatasi encok, rematik, malaria dan mungkin terdengar cukup aneh, ingatan yang buruk. Popularitas ganja sebagai pengobatan menyebar ke seluruh Asia, Timur Tengah lalu turun ke wilayah pantai timur afrika, dan sekte-sekte Hindu tertentu di India menggunakan mariyuana (ganja) untuk kepentingan relijius dan pengobatan stress. Tabib dari zaman kuno juga memperingatkan akan penggunaan berlebihan dari mariyuana (ganja), mereka mempercayai bahwa konsumsi yang terlalu banyak dapat menyebabkan impotensi, kebutaan dan bisa memunculkan kemampuan “melihat setan”.


Pada akhir abad ke-18, edisi awal dari jurnal kedokteran Amerika merekomendasikan biji ganja dan akarnya untuk pengobatan kulit yang terbakar (inflamasi), kesulitan pencernaan dan penyakit kelamin. Dokter dari Irlandia, william O’Shaughnessy pertama kali mempopulerkan penggunaan medis mariyuana (ganja) di Inggris dan Amerika. Sebagai dokter yang bekerja untuk British East India Company, ia menemukan bahwa ganja mengurangi sakit rematik dan bisa membantu terhadap ketidaknyamanan dan mual pada kasus rabies, kolera dan tetanus.


Perubahan sikap Amerika terhadap tanaman ganja muncul pada akhir dari abad ke-19, ketika diantara dua sampai lima dari populasi Amerika Serikat diketahui mengalami kecanduan terhadap morfin, sebuah resep rahasia namun populer pada obat-obatan paten dengan nama yang beragam seperti “The Peoples’s Healing Liniment for Man or Beast” dan “Dr Fenner’s Golden Relief”. Untuk mencegah lebih banyak lagi masyarakat yang disapu oleh kecanduan morfin-mengeluarkan Golden Relief, pemerintah memperkenalkan Pure Food and Drug Act pada tahun 1906, menciptakan Food and Drug Administration (FDA). Sementara ia tidak mengatur mengenai mariyuana (ganja) dan hanya mengatur distribusi dari opium dan morfin dibawah pengawasan dan kontrol dokter, regulasi dari zat-zat kimia adalah pergeseran utama pada kebijakan obat-obatan di Amerika.


Belum pernah sebelum tahun 1914 penggunaan obat didefinisikan sebagai sebuah tindak kriminal, di bawah Harrison Act. Untuk menghindari isu hak negara bagian, undang-undang menggunakan pajak untuk meregulasi opium- dan obat-obatan turunan dari tanaman koka: UU ini menghapus pajak terhadap penggunaan non-medis dari obat-obatan yang jauh lebih tinggi dari harga obat itu sendiri, dan menghukum semua yang menggunakan obat tanpa membayar pajak. Pada tahun 1937, dua puluh tiga negara bagian telah melarang ganja : beberapa untuk menghentikan pecandu morfin untuk memakai obat jenis baru, dan beberapa sebagai tekanan terhadap imigran-imigran Meksiko yang baru mulai berdatangan , terutama yang membawa obat ini (ganja) bersama mereka.


Dengan pengecualian selama Perang Dunia ke-2, ketika pemerintah menanam sejumlah besar ganja untuk mensuplai kebutuhan tali tambang dari Angkatan Laut serta menggantikan suplai serat ganja dari Asia yang sudah dikuasai oleh Jepang, mariyuana (ganja) dikriminalkan dan hukuman yang lebih berat diterapkan. Pada tahun 1950-an Kongres mengesahkan “Bogss Act” dan “Narcotic Control Act”, yag menjadi dasar hukuman minimum bagi pelanggaran penggunaan obat, termask kepemilikan dan distribusi mariyuana.


Terlepas dari undang-undang mariyuana pada tahun 1970-an, pemerintahan Reagan juga menerapkan kebijakan terhadap obat-obatan yang keras kepada mariyuana. Namun tetap, kecenderungan jangka panjang adalah kepada relaksasi : Hari ini, dua belas negara bagian telah menerapkan setidaknya sebuah bentuk dari dekriminalisasi mariyuana.


Betapa Keyakinan dan Paradigma, memang sangat menentukan sekali dalam hidup dan kehidupan manusia, sehingga sesuatu yang sesungguhnya memiliki nilai dan energi yang sangat bermanfaat bagi manusia, bisa berubah fungsi menjadi sesuatu yang merusak, membunuh dan menghancurkan diri manusia itu sendiri oleh karena Keyakinan dan Paradigma manusia itu sendiri. Sebagaimana manfaat dari pohon atau tanaman Ganja ini yang sesungguhnya memiliki manfaat yang teramat sangat besar dan memiliki nilai kemuliaan yang sangat tinggi, manfaat tanaman ganja sebagai berikut : Mengaktifkan seluruh sistem sel, menyehatkan jiwa dan raga, termasuk menyembuhkan segala penyakit, mencerdaskan intelektual, emosional dan spiritual, efektif untuk penggunaan otak kanan, sangat bermanfaat untuk penelitian dan pengkajian IPTEK, bermanfaat untuk membangkitkan energi alam bawah sadar, bermanfaat untuk membuka rahasia kekuatan alam bawah sadar yang maha dahsyat, bermanfaat untuk mengembalikan Jatidiri Kemanusiaan yang sesungguhnya. Namun karena keyakinan dan paradigma manusia negatif sehingga daun keabadian ini pun menjadi diharamkan.


Ganja sebagai obat bukanlah hal yang baru di belahan dunia timur, namun tidak demikian di belahan dunia barat. Dr. O’Shaughnessy membawa dan mempopulerkan ganja sebagai obat dari India ke Inggris pada tahun 1840.Tidak lama kemudian Dr. Sir Russel Reynolds, seorang dokter pribadi dari Ratu Victoria dengan yakin memberikan resep ekstrak ganja cair kepada sang Ratu. Sejak saat itu Ratu memakainya setiap bulan untuk menghilangkan sakit datang bulan. Sebelumnya Ratu Victoria menggunakan opium, kokain, anggur dan bahkan kloroform untuk menghilangkan rasa sakit datang bulan yang ia alami.





Kemudian Dr Reynolds membuat pernyataan dalam edisi perdana salah satu jurnal kedokteran tertua di Inggris, “The Lancet”, bahwa ganja “Bila dalam keadaan murni dan diberikan dengan hati-hati, adalah salah satu obat paling berharga yang kita miliki”.


Sementara “American Medical Association” (AMA), mengklaim bahwa ganja tidak memiliki nilai medis, industri farmasi besar malah sibuk mendapatkan paten untuk produk-produk berbasis marijuana (ganja).


Posisi pemerintah Amerika Serikat yang menolak riset dan penggunaan medis marijuana adalah kebijakan publik yang irasional dan bobrok secara moral. Mengenai poin ini, sedikit warga Amerika yang tidak setuju. Mengenai pertanyaan “mengapa” pejabat-pejabat pemerintah federal masih mempertahankan kebijakan yang tidak manusiawi dan tidak fleksibel ini, adalah cerita yang lain.


Satu teori populer yang berusaha untuk menjelaskan pelarangan pemerintah federal yang tampak tidak bisa dijelaskan terhadap ganja sebagai obat medis berbunyi seperti ini : Baik pemerintah Amerika Serikat maupun industri farmasi tidak akan mengizinkan penggunaan ganja (marijuana) sebagai pengobatan medis karena mereka tidak bisa mematenkannya atau mengambil keuntungan darinya.


Ini adalah teori yang menarik, namun saya telah menemukannya tidak akurat maupun persuasif. Inilah kenapa;





Pertama, biarkan saya menyatakan hal yang jelas. Industri farmasi besar sedang sibuk mendaftarkan – dan telah menerima – beragam paten untuk khasiat pengobatan dari ganja. Ini adalah termasuk kepada turunan sintetis dari ganja (seperti pil oral yang mengandung THC, Marinol), agonis cannabinoid (agen sintetis yang mengikat kepada reseptor endocannabinoid otak) seperti HU-210 dan antagonis ganja seperti Rimonabant. Kecenderungan ini baru-baru saja diringkas dalam makalah NIH (National Institute of Health) yang berjudul, “Sistem endocannabinoid sebagai sasaran yang sedang berkembang dalam bidang farmakoterapi,” yang menyimpulkan, “Minat yang terus bertumbuh terhadap ilmu pengetahuan yang mendasari pengobatan ganja telah ditandingi oleh pertumbuhan jumlah obat cannabinoid dalam perkembangan farmasi dari 2 pada tahun 1995 hingga 27 pada tahun 2004. “Dalam kata lain, pada saat yang sama American Medical Association memproklamirkan bahwa ganja tidak memiliki nilai medis, industri farmasi besar malah sedang dalam kegilaan untuk mengeluarkan lusinan obat berbasis ganja baru ke pasar.


Tidak juga semua obat-obatan ini akan berupa pil sintetis. Yang tercatat, semprotan oral dari perusahaan GW Pharmaceutical, Sativex, adalah ekstrak alamiah ganja dalam dosis yang telah dibuat standard. (Ekstrak ini, terutama THC dan senyawa anxiolytic yang non-psikoaktif, CBD, diambil langsung dari tanaman marijuana/ganja yang ditumbuhkan dalam gudang perusahaan yang tertutup.)





Apakah minat yang mendadak berkembang dari industri farmasi besar pada penelitian dan pengembangan obat-obatan berbasis ganja berarti bahwa kalangan industri secara proaktif mendukung pelarangan mariyuana/ganja? Tidak jika mereka tahu apa yang baik bagi mereka. Biarkan saya menjelaskan.


Pertama, setiap dan semua obat-obatan berbasis ganja harus diberikan persetujuan dari badan pengaturan federal seperti FDA (Food & Drug Administration) Amerika Serikat – sebuah proses yang lebih didasari oleh politik daripada kemajuan ilmiah. Kemungkinannya adalah bahwa pemerintah yang masih bersikap negatif terhadap ganja tanpa alasan yang masuk akal juga akan bersikap negatif terhadap memberikan keputusan terhadap farmasi berbasis ganja.


Sebuah contoh dari ini dapat ditemukan pada penolakan terbaru “Medicine and Health Products Regulatory Agency” (agen regulasi produk-produk kesehatan) dari Sativex sebagai obat resep di Amerika Serikat dan Inggris Raya. (Perusahaan ‘ayah’ Sativex, GW Parmaceuticals, bermarkas di London.) Dalam tahun-tahun terakhir, politisi Inggris telah mengambil garis keras terhadap penggunaan rekreasional dari mariyuana – Memuncak pada deklarasi perdana menteri Gordon Brown bahwa ganja hari ini memiliki “kualitas mematikan.” (tidak lama kemudian, parlemen memutuskan untuk memerberat hukuman/penalti kriminal terhadap kepemilikan dari obat dari mulai peringatan verbal hingga lima tahun hukuman penjara.) Dalam lingkungan seperti ini tidaklah mengherankan bahwa pembuat peraturan di Inggris telah dengan tegas menolak untuk melegalisasi obat-obatan berdasar ganja, bahkan sebuah obat dengan catatan keamanan yang sangat bersih seperti Sativex? Sebaliknya, pembuat undang-undang Kanada – yang memiliki pandangan yang lebih liberal terhadap penggunaan ganja alamiah dan melaksanakan distribusinya kepada pasien yang berhak – akhir-akhir ini telah menyetujui Sativex sebagai obat-obatan resep.


Tentunya, mendapatkan persetujuan perundang-undangan barulah setengah dari pertempuran. Hambatan utama bagi industri farmasi besar adalah menemukan konsumen untuk produknya. Disini lagi, sebuah kebudayaan yang akrab dengan dan mendapat pengetahuan mengenai kegunaan pengobatan ganja akan cenderung lebih terbuka terhadap penggunaan obat-obatan berbasis ganja daripada populasi yang masih tersangkut dalam cengkeraman film propaganda seperti “Reefer Madness”. [baca : Konspirasi Ganja : Tanaman Multi Manfaat Yang Dilarang]


Akankah pasien-pasien yang telah memiliki pengalaman langsung dengan penggunaan medis ganja yang alami beralih ke obat-obatan farmasi berbasis ganja jika suatu saat tersedia dengan legal? Mungkin tidak, namun individu-individu ini hanya menyusun sebagian kecil dari populasi Amerika Serikat. Tentunya banyak yang lain akan beralih – termasuk banyak pasien-pasien berumur tua yang tidak pernah berminat untuk mencoba atau mencari ganja yang alami. Intinya, terlepas dari apakah ganja legal atau tidak, obat-obatan farmasi berbasis ganja tanpa ragu akan memiliki daya tarik yang luas.


Tetapi tidakkah ketersediaan legal dari ganja akan mendorong pasien untuk lebih sedikit menggunakan obat-obatan farmasi secara keseluruhan? Mungkin, walau sangat kecil kemungkinannya akan mempengaruhi “maksud utama” industri-industri farmasi besar.


Yang pasti, kebanyakan individu di Belanda, Kanada dan Kalifornia – tiga daerah dimana ganja untuk medis adalah legal dan juga mudah didapat pada pasar terbuka – menggunakan obat-obatan resep, dan bukan ganja, untuk mengobati penyakit mereka. Lebih lanjut, terlepas dari ketersediaan sejumlah besar obat herbal dan tradisional seperti Echinacea, Witch Hazel, dan Eastern hemlock, kebanyakan warga Amerika terus berpaling kepada produk farmasi sebagai obat pilihan mereka.


Haruskah munculnya pengobatan alernatif dengan ganja yang legal akan memicu atau membenarkan kriminalisasi dari pasien yang menemukan penyembuhan yang lebih superior dari tanaman ganja alamiah? Tentunya tidak. Namun, sebagaimana sektor swasta terus bergerak ke depan dengan penelitian mengenai keamanan dan keberhasilan dari farmasi berbasis ganja, akan menjadi lebih sulit bagi pemerintah dan penegak hukum untuk mempertahankan kebijakan mereka yang absurd dan tidak logis dari melarang ganja secara keseluruhan.


Tentunya, jika tidak karena advokat yang telah bekerja selama empat dekade untuk melegalkan ganja untuk pengobatan medis, kecil kemungkinan bahwa siapapun – terutama industri farmasi – akan mengalihkan perhatian mereka kepada perkembangan dan pemasaran dari obat-obatan yang berbasis ganja. Dalam kata lain, saya tidak akan menahan nafas saya untuk menunggu akan datangnya cek royalti apapun.


Oh ya, dan bagi mereka yang mengklaim bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak bisa mematenkan ganja untuk obat medis, bisa memeriksa Paten US no. #6630507.


Paul Armentano adalah analis kebijakan senior di Yayasan NORML (National Organization for the Reform of Marijuana Laws) , Washington, DC.


Sumber : wikipedia , filsafat.kompasiana.com , id.netlog.com , dan keajaiban-medis-ganja.blogspot.com
1

Sabtu, 15 Juni 2013

MANFAAT GANJA



Tentang ganja


Ganja atau cannabis sativa merupakan tanaman semusim yang mudah tumbuh tanpa memerlukan pemeliharaan istimewa. Tanaman ini tumbuh pada daerah beriklim sedang. Pohonnya cukup rimbun dan tumbuh subur di daerah tropis.


Ia ditanam dan dapat tumbuh secara liar di semak belukar. Salah satu ciri utamanya adalah daunnyayang berbentuk runcing dan berjari-jari ganjil (5, 7 atau 9).Nama samaran ganja banyak sekali, misalnya indian hemp, rumput, barang, daun hijau, bangli, bunga, ikat, labang, jayus, jum, grass, pot, reefer. Anak-anak ibukota menyebutnya gele ((gelek) atau cimeng. Di kalangan pecandu disebut grass, marihuana, Mary Jane atau MJ, has atau hashish.


Berbagai manfaat


Penelitian mutakhir tentang ganja menghasilkan kesimpulan, dari batang dan akarnya dapat diperoleh serat yang kuat, daunnya dapat digunakan untuk membuat obat, sementara dari bunga dan bijinya dapat diperoleh bahan bakar minyak (BBM) untuk mobil kelas atas.


Serat ganja, baik yang halus maupun kasar semua dapat dimanfaatkan. Dari serat yang halus dapat dibuat kain yang sangat halus (sebagaimana sutra), sementara yang kasar digunakan untuk membuat tali dan pakaian yang sangat kuat untuk kepentingan pakaian nelayan maupun buruh pabrik, juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk campuran komponen material yang membutuhkan serat. Ini berarti alternatif lain di samping fiberglass.


Secara medis, ganja banyak digunakan untuk mengobati glaucoma, dan terbukti efektif untuk mengobati depresi, hilangnya nafsu makan, tekanan darah tinggi, kecemasan, migraine, dan berbagai problem menstruasi. Demikian tulis William Glenn Steiner dalam Encyclopaedia Britannica, Edisi 2007.


Bahkan BNN (Badan Narkotika Nasional) pun berencana/mengajukan untuk melegalkan ganja “untuk diteliti lebih lanjut” manfaat2 lainnya…


Kalo manfaat nya lebih banyak drpd tidak bermanfaat nya kenapa tidak di legalkan saja dengan pengawasan yg ketat?


disadur dari: http://www.kaskus.us

Manfaatnya dapat dirasakan mulai dari keperluan medis, industri dan perumahan, efek penghijauan serta memiliki peran penting dalam kebudayaan.


Tanaman Ganja Ramah Lingkungan
Tanaman yang dalam sekali panen dapat tumbuh mencapai 7 meter ini mampu tumbuh di iklim serta kondisitanah apapun di bumi sekalipun di daerah gersang. Ia dapat mengembalikan kesuburan


tanah, membantu mengurangi polusi sehingga ia diklaim mampu membersihkan atmosfir planet kita.


Keuntungan Hemp untuk Industri/Rumah Tangga
Bagi kepentingan industri, hemp dipandang sangat menguntungkan karena ia begitu ramah lingkungan sebab tidak membutuhkan banyak produk anti-hama. Serat yang dimilikinya adalah salah satu serat alami paling kuat dan tahan lama di bumi. Serat inilah yang umumnya dijadikan bahan utama dalam pembuatan kertas, pakaian/aksesoris dan produk industri/rumah tangga. Bahkan saking kuatnya serat ini ia seringkali dicampur dengan beton untuk digunakan sebagai bahan dasar bangunan (hempcrete).


Keuntungan Mengolah Biji Ganja
Selain serat, beberapa perusahaan yang bergerak dibidang makanan berhasil memetik keuntungan tinggi dengan menggunakan atau mengolah biji cannabis karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Biji ini dapat dimakanmentah, digiling, dijadikan susu hemp, waffles beku, es krim, minyak hemp, protein bubuk, sereal, mentega,sebagai teh atau dijadikan


tepung dalam roti/kue. Daun segarnya seringkali dihidangkan sebagai salad, tahu atau hidangan sayuran di beragam kebudayaan.

Manfaat Biji ganja
Tidak banyak yang tahu bahwa biji ganja memiliki kadar protein yang tinggi dan mengandung 9 jenis asam amino penting, asam lemak, serat, vitamin E dan mineral yang dibutuhkan tubuh kita.

Dari biji ganja kita juga bisa mendapatkan minyak biji ganja. Minyak ini sangat khas, di mana 80%-nya adalah lemak rendah saturasi, dengan nilai persentase paling tinggi dalam keluarga minyak nabati.



Khususnya ia memiliki essential fatty acids (EFA), linoleic acid (omega 6), dan alpha linolenic acid


(omega 3) dengan perbandingan yang ideal untuk penyerapan oleh tubuh (1 : 3).

EFA ini tidak dapat dihasilkan oleh tubuh secara alamiah sehingga harus didapatkan dari asupan kita sehari-hari. Para ahli nutrisi umumnya menyarankan agar kita mengkonsumsi 7 sampai 11 mg linoleic acid serta 2 sampai 3.5 mg alpha linoleic acid per hari untuk mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, ADD, depresi dan banyak lainnya.

Nutrisi Omega 6 dan 3 dalam jumlah yang disarankan tersebut dapat dipenuhi dengan satu sendok makan minyak biji ganja.




Minyak yang didapat ini bisa dikonsumsi langsung, dicampur ke dalam produk makanan, produk perawatan tubuh dan lainnya. Bijinya sendiri bisa dihaluskan untuk jadi tepung, untuk menyuling bir, dijadikan pakan ternak/hewan.

Protein dalam biji ganja dikatakan begitu mudah diserap tubuh, sehingga tidak akan menyebabkan kembung.

Bagi mereka yang sering mengalami kembung atau rasa tidak nyaman akibat gas dalam perut karena minum susu, susu gandum atau protein shake, maka susu biji ganja dapat dijadikan alternatif.




Kebaikan dalam susu biji ganja sering disebut sebaik susu kedelai. Tapi satu perbedaan yang mencolok yaitu susu kedelai memiliki kadar asam phytic tinggi (agen anti nutrisi yang mencegah tubuh kita menyerap mineral dengan efektif), di mana biji ganja tidak mengandung asam phylicini.

Memakan minyak atau biji ganja dapat membantu bahkan menyembuhkan mereka yang menderita jenis penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sebagaimana dilaporkan oleh ahli yang menangani kasus malnutrisi akibat Tuberculosis (Czechoslovakia Tubercular Nutritional Study, 1955.)

Sebagai sumber phytonutrient (berguna melindungi kekebalan tubuh) yang kaya, biji ganja dapat melancarkan peredaran darah, siklus regenerasi sel darah, sel tubuh, kulit, organ serta mitokondria. Minyak dan biji ganja sangat disarankan kepada mereka yang menjalankan gaya hidup vegetarian.




Salah satu dari pertanyaan penting adalah, apakah biji atau minyak ganja dapat menyebabkan efek ‘giting’?

Tidak.

Pertama, biji ganja untuk kepentingan medis/industri memiliki kadar THC/CBD yang sangat rendah. Ini


karena biji yang digunakan berasal dari jenis pohon ganja yang berbeda dengan jenis pohon ganja yang ditanam untuk kepentingan rekreasional.

Kedua, biji ganja yang digunakan untuk kepentingan medis/industri malah memiliki substansi anti-THC yang dapat memerangi aktifnya THC dalam tubuh sehingga tidak akan mempengaruhi tes narkoba apapun.

Sebagaimana dikatakan Dr. David West,


“Biji ganja yang sudah dibersihkan tidak memiliki kandungan THC sama sekali. Namun terkadang, dalam proses biji ganja menjadi produk yang anda beli, ada unsur THC atau CBD yang menempel. Tapi ini bukan karena biji ganja mengandung substansi tersebut, melainkan karena biji ganja sempat menyentuh bagian dari tanaman ganja yang memiliki kandungan itu.”

Minyak atau biji ganja sangat aman dan baik untuk dikonsumsi oleh semua orang, berapapun umurnya.

THC pada kanker payudara manusia

Δ9-tetrahydrocannabinol pada kanker payudara manusia:

Belum lama ini telah menunjukkan bahwa cannabinoid, komponen aktif dari ganja dan turunannya, menghambat perkembangan siklus sel sel kanker payudara manusia. Di sini kita mempelajari mekanisme Δ9-tetrahydrocannabinol (THC) aksi antiproliferatif dalam sel-sel, dan menunjukkan bahwa itu melibatkan modulasi Jund, anggota dari AP-1 transkripsi faktor keluarga.

THC mengaktifkan Jund baik oleh upregulating ekspresi gen dan protein dengan memindahkan ke kompartemen nuklir, dan acara ini disertai dengan penurunan proliferasi sel. Yang menarik, baik aktivasi Jund atau penghambatan proliferasi diamati pada tumor non-sel epitel susu manusia terkena THC. Kami menegaskan pentingnya Jund dalam aksi THC oleh interferensi RNA dan ablasi genetik.

Dengan demikian, di kedua Jund-dibungkam sel kanker payudara manusia dan Jund KO tikus yang diturunkan fibroblas diabadikan, efek antiproliferatif yang diberikan oleh THC secara signifikan berkurang. Gene array dan siRNA percobaan dukungan bahwa cyclin-dependent kinase inhibitor p27 dan gen penekan tumor testin adalah target Jund calon dalam aksi cannabinoid.

Selain itu, data kami menunjukkan bahwa protein stres diatur p8 berpartisipasi dalam aksi antiproliferatif THC secara Jund-independen. Singkatnya, ini adalah laporan pertama yang menunjukkan tidak hanya bahwa cannabinoids mengatur Jund tetapi, lebih umum, bahwa aktivasi Jund mengurangi proliferasi sel kanker, yang menunjuk ke sebuah target baru untuk menghambat perkembangan kanker payudara.

(sumber artikel: letfreedomgrow.com)


Rami Biji: The Perfect FoodOleh: Kelly Smith
Rami merupakan salah satu tanaman tertua dan paling serbaguna dan telah didokumentasikan sejauh abad SM 28. Cannabis sativa, yang merupakan istilah Latin untuk "rami berguna" telah membuat comeback di industri makanan dan tekstil dan Kanada adalah memimpin jalan.Rami merupakan tanaman yang sangat kuat yang tumbuh baik di iklim kita. Hal ini tumbuh di Kanada baik konvensional dan organik. Ia dapat tumbuh bebas dari herbisida dan pestisida karena sangat alami tahan terhadap hama. Untuk alasan yang sama, rekayasa genetik rami tidak dianggap. Setelah dipanen, benih dibersihkan dan harus dingin ditekan dalam ketiadaan cahaya dan oksigen, menjaga kesegaran minyak. Baca label dari setiap produk yang Anda beli minyak untuk memastikan! Minyak biji rami Kanada diproduksi dengan hanya segar gandum layak mungkin. Tidak ada yang harus uap disterilkan atau diobati dengan radiasi. Aturan emas adalah "kurang lebih." Kurang cahaya, sedikit panas, kurang pengolahan!Menekan ini menghasilkan kualitas tak jenuh ganda minyak yang tinggi dan kue biji (benih lambung hancur). Minyak dapat dimakan sendiri, dicampur ke dalam produk makanan lainnya, dicampur ke produk perawatan tubuh, digunakan sebagai pelumas atau kayu selesai alami di samping mungkin kegunaan lain. Kue biji bisa ditumbuk menjadi tepung, yang digunakan untuk membuat bir atau ditambahkan ke pakan ternak. Proses lain, yang disebut de-penggilingan, menghilangkan kulit biji meninggalkan "rami kacang" yang banyak digunakan dalam resep. Batang tanaman adalah tanah dan digunakan dalam tempat tidur hewan, mulsa taman dan pulp dan kertas. Hemp sebenarnya dapat digunakan di 25.000 produk potensial!Setelah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah apakah minyak biji rami mempunyai yaitu psychoactivity. itu akan membuat Anda tinggi? Jawabannya adalah tidak! Hempseed minyak Kanada sangat aman untuk dikonsumsi bagi individu dari segala usia.Minyak biji rami benar-benar unik. Sekitar 80 persen polyunsaturated lemak - yang tertinggi dari setiap minyak sayur. Secara khusus, mengandung asam lemak esensial (EFA) asam linoleat (omega 6) dan asam alfa linolenat (omega 3) dalam rasio yang ideal untuk penyerapan oleh tubuh. Ini EFA tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan kita. Minyak biji rami juga mengandung asam gamma linolenat (GLA), dari mana omega 6 secara alami dikonversi. Hari diet modern dan aktivitas enzim lamban sering merusak konversi ini dan menyebabkan kekurangan GLA. Minyak biji rami memecahkan masalah ini. Tidak ada minyak sumber tunggal lainnya memiliki kombinasi ideal EFA.EFA adalah diteliti dalam literatur dan dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan. Beberapa di antaranya adalah: mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, arthritis, eksim, psoriasis, gangguan perhatian defisit, depresi dan banyak lainnya.Ahli gizi umumnya merekomendasikan bahwa untuk EFA untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan menyediakan fungsi sel optimal, kebutuhan sehari-hari harus berkisar 7-11 gram asam linoleat dan 2-3,5 gram asam alfa linolenat. Hal ini dapat diperoleh dari satu sendok makan minyak biji rami. Namun, orang yang mengkonsumsi diet tinggi lemak jenuh atau trans akan membutuhkan lebih, seperti yang akan orang-orang yang kelebihan berat badan atau di bawah banyak stres.Rami biji minyak 35 persen, sumber terkaya EFA di kerajaan tanaman. Itu juga merupakan raja protein! Dari semua sumber nabati, 25 persen protein isinya - terdiri dari semua delapan asam amino esensial - hanya kedua yang dari kacang kedelai. Protein dalam biji rami adalah mudah dicerna, yang terutama terdiri dari edistin dan albumin yang merupakan komponen dari plasma darah manusia. Produk derivatif biji rami yang ideal untuk memastikan bahwa ada protein lengkap dan assimilable memadai dalam diet vegetarian.The kue biji rami dapat tanah menjadi kaya, tepung mencicipi gila (persen protein 41) yang menambahkan twist kuliner dan sehat unik untuk memanggang Anda. Tambahkan tepung terigu dalam bentuk yang "mentah" ke smoothie untuk bertenaga tinggi mulai cepat untuk hari Anda. Tepung gluten free dan telah disetujui oleh masyarakat celiac sebagai bahan aman untuk salah satu yang menderita gangguan ini.Bagian terbaik dari setiap produk biji rami adalah rasa! Memiliki gila rasa indah yang cocok ke sebagian besar resep. Cobalah minyak dalam salad dressing, tuangkan pada pasta atau pizza, mencampurnya menjadi humus, tambahkan tepung untuk roti favorit Anda atau resep muffin - kemungkinan tidak terbatas!Singkatnya, minyak hempseed, tepung rami dan rami kacang adalah makanan fungsional lezat yang menjamin kecukupan asupan asam lemak esensial dan protein.HEMPOLA Humus1 kaleng kacang polong organik (ditiriskan dan dibilas)3 sdm organik tahini2 siung bawang putih (ditekan)1/4 c minyak biji rami Hempola1/4 c perasan lemon segar1/4 c air1 sdt jintenS & P secukupnyaHot saus secukupnyaCampur semua bahan dalam food processor sampai halus dan sajikan dengan roti pita favorit Anda.
Panckes POWERED TINGGI1 1/2 c semua tepung dieja tujuan1/2 c tepung Hempola4 sdt baking powdermencubit garam3 sdm gula merah1 butir telur1 1/4 c susu3 sdt minyak rami1 1/2 sdt vanili1. Campurkan bahan kering dalam mangkuk besar, membuat baik di pusat.2. Dalam mangkuk terpisah, menggabungkan telur dipukuli dan semua bahan basah.3. Campur bahan basah ke dalam bahan kering membentuk adonan halus.4. Drop ke wajan panas berminyak, balik sekali ketika puncak mulai gelembung.Gerimis dengan Hempola hempseed oil (bukan mentega) dan sirup maple.Bio:Kelly Smith adalah Wakil Presiden dan co-pendiri Hempola Inc Dia telah menghabiskan 7 tahun terakhir meneliti asam lemak esensial dan nutrisi hempseed. Selain tanggung jawabnya di Hempola ia juga memiliki dan praktek di klinik fisioterapi sibuk di Toronto, Ontario. Silahkan kunjungi www.hempola.com Untuk informasi lebih lanjut. Pastikan untuk mengunjungi Hempola Valley Farms 18 Agustus dan 19 untuk Hempola Valley Farm Keluarga Hemp




1

Apa itu Ganja ??

1. Zat dalam ganja adalah Tetrahydrocannabinol (THC). Zat ini bersifat genetik. Para ilmuan telah menemukan gennya dan ternyata gen ini juga dapat digunakan untuk mencegah rasa sakit tertentu, nausea dan kondisi kesehatan lainnya. Zat ini menumpuk pada bulu tanaman ini.

2. Alkohol lebih berbahaya dari ganja dalam hal efek sampingan. Ilmuan di Inggris menyarankan penggunaan ganja sebagai pengganti alkohol dan narkotika untuk penanggulangan korban kecanduan narkoba dan alkohol.

3. Secara statistik, hanya 8 hingga 12 persen pengguna ganja yang mengalami ketagihan. Ketagihan ini ternyata di sebabkan oleh seperangkat gen khusus yang ada pada manusia.

4. Otak manusia sesungguhnya memproduksi sendiri ganjanya. Zat kimia ini disebut endocannabinoid dan berperan penting dalam belajar, ingatan, nafsu makan dan perasaan sakit. Sedikit penggunaan ganja (THC) memperkuat hal ini.

5. Rokok tembakau lebih berbahaya dalam menyebabkan kanker daripada rokok ganja. Hal ini karena nikotin mengikat sel paru-paru sementara THC tidak.

6. THC dalam ganja juga mampu membunuh sel kanker dan mengurangi pertumbuhan tumor dengan mengurangi pembentukan pembuluh darah yang memberi makan tumor.

7. Ganja dapat dipakai untuk menghilangkan rasa sedih akibat trauma. Hal ini karena ganja mempengaruhi bagian amygdala di otak, yang berfungsi sebagai pengendali ingatan emosional.

8. Ada beberapa jenis rasa sakit yang dapat diredakan dengan ganja, seperti spasma otot akibat sklerosis ganda atau penyakit di sistem syaraf dan sindrom tertentu akibat luka.

9. Ganja dapat menghilangkan infeksi bakteri tertentu yang tidak ada obat lainnya.

10.GANJA merupakan tanaman alami yg diciptakan oleh TUHAN YANG MAHA ESA
1

Jumat, 14 Juni 2013

Menuju Legalisasi Ganja “Mungkinkah Tercapai?....



selamat malam sahabat ……….



dimanapun anda berada salah hangat dari kami

malam ini adalah diskusi pertama kita dengan tema ” MENUJU LEGALISASI GANJA ‘MUNGKINKAH? ” , kami sengaja mengangkat isue yg kontroversi karena isue ini banyak menyimpan pemahaman kontroversi dari beberapa pihak yg pro atau kontra yg perlu kita ketahui dan kita gali . kita disini akan lebih banyak buka tentang fakta ganja
secara medis, ganja secara industri,dan ganja di lihat dari sisi hukum dan norma/ agama
sehingga kontroversi masyarakat tentang ganja bisa kita bagikan.(posisi admin netral.)

sekapur sirih

Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.

Kontroversi

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetik atau semi sintetik dan merusak sel-sel otak,
Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya salah satu nya dng pernyataan mereka biji tanaman ganja bisa dijadikan obat jantung dan kanker?. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker),Para ahli kedokteran tidak menemukan satupun efek dari ganja yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan kendali dan ambisi. Dalam sebuah studi laboratorium, subyek yang diberi ganja dalam dosis tinggi selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tidak menunjukkan penurunan motivasi atau produktivitas kerja, banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).
Bahkan baru-baru ini Menteri BUMN kita dahlan iksan terkagum-kagum atas khasiat ganja.
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas
Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan metamfetamin).
Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan.

sebagian ekonom mengungkapkan

Legalisasi ganja merupakan awal dari sebuah kemerdekaan secara ekonomi, Politis sosial karena jangka panjang mampu untuk menjadi faktor pengentasan kemiskinan dan kerusakan alam di indonesia

dimata penegak hukum
kita bisa merujuk kpd UU. No. 35/2009 tentang Narkotika. UU ini memasukkan ganja ke dalam golongan narkotika, bahkan narkotika golongan 1. Siapa pun terkait ganja, bisa berurusan dengan penjara

dimata para pemuka agama/ulama

candu yang diolah dari daun rami atau daun ganja hukumnya haram sebagaimana minuman keras. Pemakainya berhak mendapatkan hukuman sebagaimana peminum khomer, dan dia lebih busuk daripada minuman keras

tapi sebagian ulama/ cendikiawan muslim di tanah air kita ada yg memberikan pandangan berbeda dikutif dari ikatan cendekiawan muslim indonesia (icmi) aceh :Rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, Syamsuar Basyariah berpendapat ganja yang digolongkan jenis narkotika itu tidak haram bila digunakan untuk penyedap makanan dan pemakaian tidak berlebihan. “Sampai sekarang tidak ada satupun pernyataan di dalam agama Islam (Al Quran-Hadist) yang menyebutkan ganja itu haram,” kata Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh Barat itu di Meulaboh, malam ini.

Syamsuar menyatakan, hanya saja jika digunakan berlebihan akan menyebabkan mabuk, namun ganja itu tetap saja halal, akan tetapi prilaku si pemakai yang membuat barang itu haram, karena memudharatkan.

kami akan membuka selebar2 lebarnya dan seluasnya opini dan persepsi dari sahabat FLC semua

bagaiman ganja dimata sahabatt ?

Merokok ganja telah diketahui memiliki banyak dampak negatif. Salah satunya, berisiko meningkatkan stroke.

Banyak pula yang meyakini, kandungan zat narkotika dalam ganja bisa membuat para pemakainya mengalami euforia. Namun, di balik efek negatifnya, merokok ganja juga bisa memberi dampak positif.

Seperti diberitakan Daily Mail, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam The American Journal of Medicine mengungkapkan bahwa mereka yang rutin merokok ganja, memiliki kadar insulin lebih rendah. Ini artinya, merokok ganja bisa menurunkan kadar gula dalam darah. Dengan kata lain, mampu membantu menurunkan risiko diabetes.

Dalam studi tersebut, para peneliti telah menganalisis 4.657 responden. Mereka diminta menjawab kuesioner yang berisi tentang penggunaan narkoba. Dari jumlah tersebut, ada 579 responden adalah pengguna ganja, 1.975 mantan pengguna ganja, dan 2.103 lainnya tidak pernah menyentuh ganja sedikit pun.

Dari hasil penelitian tersebut, pengguna ganja memiliki hormon insulin lebih rendah. Hormon yang membantu mengontrol kadar gula darah dalam tubuh tersebut mengalami penurunan sebesar 16 persen dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok ganja sama sekali.

Artinya, penelitian ini dapat membuka jalan bagi pengembangan pengobatan menggunakan senyawa tanaman aktif, seperti tetrahydrocannabinol atau THC

Tak hanya itu, mereka yang rutin merokok ganja juga cenderung memiliki lingkar pinggang lebih kecil. Dibandingkan pada mereka yang memiliki lingkar pinggang besar dan dapat mengembangkan risiko penyakit diabetes.

Dalam dunia kesehatan, ganja digunakan oleh pasien yang menderita kanker, multiple sclerosis, dan kondisi lainnya. Penelitian terbaru juga menyebutkan soal peraturan tentang penggunaan ganja di 18 negara bagian AS yang telah mendapatkan izin pemakaiannya.

Efek dari merokok mariyuana (ganja) dideskripsikan sebagai berikut: “euforia, berkurangnya rasa lelah, dan pelepasan ketegangan… juga dapat meningkatkan nafsu makan, mendistorsi perspektif waktu, meningkatkan kepercayaan diri, dan, seperti alkohol, dapat melemaskan beberapa hambatan.” (Fort, 1965) Meningkatnya kesadaran terhadap warna dan kecantikan estetis, produksi dari asosiasi mental yang baru dan kaya juga merupakan efek yang sering dilaporkan. Beberapa pengguna menyebutkan bahwa pengalaman mengkonsumsi mariyuana (ganja) adalah “psikedelik”: dapat menimbulkan peningkatan kesadaran, atau dalam perubahan kesadaran-meluas dalam perspektif, ide mengenai diri sendiri, kehidupan, dll. Marijuana (ganja) bagaimanapun tidak seperti LSD – sebuah psikedelik yang kuat. Dimana LSD secara drastis merubah pikiran dan perspektif, seringkali “memaksa” pemakainya untuk merasakan kesadaran yang meningkat., marijuana memberikan “sugesti” atau menunjukkan jalan kepada kesadarn yang lebih dalam secara moderat. Pemakainya bebas untuk mengikuti potensi ini atau tidak ketika mereka muncul. (Mayor’s Committee on Marihuana, New York City, 1944; Fort, 1965a, 1965b ; Panama Canal Zone Governor’s Committee, 1933; Goldstein, 1966; Becker, 1963; De Ropp, 1957; Indian Hemp-Drug Commission, 1894)
1